Jakarta - Managemen Susi Air menjelaskan dugaan penyebab pesawat kargo miliknya yang jatuh di pedalaman Papua. Mereka menduga kuat pesawat jatuh karena kondisi cuaca, bukan karena kelebihan kargo.
"Pesawat caravan PK-VVE ini masuk tahun 2007, jadi masih sangat baru. Sangat lengkap fasilitasnya. Ada sistem navigation GPS unit, Traffic Warning System ada weather radar system dan lain-lain pokoknya sangat lengkap," ujar pemilik Susi Air, Susi Pudjiastuti, di Kantor Susi Air, Pangandaran, Jawa Barat, Sabtu (10/9/2011).
Ada berbagai faktor yang menurut Susi dapat menjadi penyebab pesawat miliknya itu terjatuh. Misalnya saja karena kondisi cuaca atau human error.
"Tapi kalau saya menduga, sepertinya yang jelas waktu itu cuaca buruk. Untuk kemungkinan kelebihan kargo atau human error kami menunggu invetigasi dari KNKT," katanya.
Susi menjelaskan pesawat ini mampu mengangkut kargo seberat 900 kg hingga 1,1 ton. Susi Air menjamin, pesawat yang mereka terbangkan tak akan mengangkut kargo melebihi beban yang ditetapkan. Pada saat terbang dari Wamena ke Kenyam itu, kata Susi, pesawat mengangkut kargo seberat 1 ton 6 kg kargo yang terdiri dari 4 drum solar dan bahan-bahan pokok.
Susi mengakui, bisnis angkutan barang di Papua memang cukup menggiurkan. Ia sering menemukan konsumen yang mencarter pesawatnya memaksa mengangkut barang melebihi beban pesawat.
"Kita selalu menindak tegas, baik kepada pilot atau konsumen jika memanipulasi kargo. Pilot bisa kita kenai sangsi dan konsumen bisa kita kenakan denda," tandasnya.
Seperti diketahui, pesawat kecil itu jatuh di Pasema dalam perjalanannya dari Wamena ke Kenyam. Pesawat yang mengangkut solar dan beras itu diawaki oleh seorang pilot asal Australia bernama Dave Cootes dan Kopilot asal Slovakia, Thomas Munk, lepas landas dari Bandara Wamena pada Jumat(9/9) pukul 12.15 WIT. Hingga kini, nasib keduanya belum diketahui.
Sumber: DetikNews
"Pesawat caravan PK-VVE ini masuk tahun 2007, jadi masih sangat baru. Sangat lengkap fasilitasnya. Ada sistem navigation GPS unit, Traffic Warning System ada weather radar system dan lain-lain pokoknya sangat lengkap," ujar pemilik Susi Air, Susi Pudjiastuti, di Kantor Susi Air, Pangandaran, Jawa Barat, Sabtu (10/9/2011).
Ada berbagai faktor yang menurut Susi dapat menjadi penyebab pesawat miliknya itu terjatuh. Misalnya saja karena kondisi cuaca atau human error.
"Tapi kalau saya menduga, sepertinya yang jelas waktu itu cuaca buruk. Untuk kemungkinan kelebihan kargo atau human error kami menunggu invetigasi dari KNKT," katanya.
Susi menjelaskan pesawat ini mampu mengangkut kargo seberat 900 kg hingga 1,1 ton. Susi Air menjamin, pesawat yang mereka terbangkan tak akan mengangkut kargo melebihi beban yang ditetapkan. Pada saat terbang dari Wamena ke Kenyam itu, kata Susi, pesawat mengangkut kargo seberat 1 ton 6 kg kargo yang terdiri dari 4 drum solar dan bahan-bahan pokok.
Susi mengakui, bisnis angkutan barang di Papua memang cukup menggiurkan. Ia sering menemukan konsumen yang mencarter pesawatnya memaksa mengangkut barang melebihi beban pesawat.
"Kita selalu menindak tegas, baik kepada pilot atau konsumen jika memanipulasi kargo. Pilot bisa kita kenai sangsi dan konsumen bisa kita kenakan denda," tandasnya.
Seperti diketahui, pesawat kecil itu jatuh di Pasema dalam perjalanannya dari Wamena ke Kenyam. Pesawat yang mengangkut solar dan beras itu diawaki oleh seorang pilot asal Australia bernama Dave Cootes dan Kopilot asal Slovakia, Thomas Munk, lepas landas dari Bandara Wamena pada Jumat(9/9) pukul 12.15 WIT. Hingga kini, nasib keduanya belum diketahui.
